Sabtu, 31 Agustus 2013
Interaksi Timur dan Barat
Sudah umum diketahui, di negara-negara benua Eropa dan Amerika (khusunya Amerika Serikat dan Kananda), kehidupan sosial masyarakatnya mengalami kemajuan yang amat mengagumkan. Sementara di Timur, rata-rata individu masyarakatnya masih memegang teguh tradisi, adat istiadat dan kultur masing-masing, terutama yang diwarisi dari para leluhurnya. Namun, dalam kondisi demikian, terjadi suatu peristiwa ajaib yang sungguh menakjubkan. Dalam tempo 60 tahun, Jepang berhasil memposisikan dirinya sejajar dengan bangsa-bangsa maju di benua Eropa dan Amerika. Lebih dari itu, dalam memacu perkembangan kemampuan teknologi dan ekonominya, bangsa Jepang tetap bertumpu diatas landasan nilai-nilai tradisional kebudayaan dan keagamaan, yakni "Shinto" dan "Buddha". Tentu saja hal ini menciptakan tanda tanya besar dan iri hati dari bangsa-bangsa Barat. Para ahli pikir Barat begitu terheran-heran, mengapa Jepang bisa sedemikian melejit dan mampu menyamai serta mengimbangi tingkat kemajuan yang dialami Barat, sementara tradisi dan kepercayaan kunonya sama sakali tidak ditinggalkan. Belajar dari itu, orang-orang di Barat mulai sadar bahwa tonggak kehidupan industri dan budaya akan hancur berantakan apabila tidak ditopang oleh nilai-nilai moral, agama dan kemanusiaan. Kendati demikian, usaha manusia (khususnya di Barat) untuk menggapai nilai-nilai kebenaran dan kebudayaan yang hakiki belum menampakkan kemajuan yang signifikan. Eksistensi manusia dan masyarakat ternyata masih berjarak cukup lebar denga nilai-nilai dasar kemanusiaan yang universal dan wujud kehidupan yang hakiki. Justru, krisis kejiwaan dan sosial semakin mengemuka dan sulit dikontrol. Kehidupan manusia benar-benar tiarap dan makin terhisap ke dalam pusaran kehidupan yang kelam dan tak berujung.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar