Halaman

Senin, 02 September 2013

Praktik Kekejaman di Abad Modern


          Kemajuan teknologi serta perkembangan alat-alat persenjataan yang kian canggih, mematikan dan besifat missal, menyebabkan kehidupan umat manusia di muka bumi ini semakin di cekam suasana yang amat menakutkan. Pada awal abad XXI ini, terjadi penimbunan berbagai senjata serta peluru kendali berkepala nuklir, yang jika diledakkan, sanggup membumihanguskan seluruh permukaan bumi dalam sekejap mata. Perlombaan senjata nuklir terus memanas dan merebak kemana-mana. Baik di Barat maupun Timur.
         Yang amat memprihatinkan adalah bahwa rata-rata individu penghuni bumi ini seolah-olah tidak sadar atau lupa terhadap kemungkinan terjadinya bencana atau tragedy yang diakibatkan penggunaan senjata-senjata nuklir dan kimia tersebut (dalam suatu peperangan). Padahal, pada waktu bersamaan, sebanyak dua pertiga dari total penduduk bumi tengah hidup dalam bahaya kelaparan serta ancaman berbagai jenis penyakit mematikan.
        Dalam catatan sejarah, Perang Dunia I berlangsungselama 1.565 hari. Akibat peperangan yang meletus pada paruh awal abad XX tersebut, sebanyak 9 juta orang menemui ajalnya. Sementara sebanyak 22 juta penduduk bumi lainnya harus menyandang cacat seumur hidup. Selain ongkos manusiawi, Perang Dunia I juga telah memboroskan ongkos ekonomi sebesar 400 miliar dolar AS.
        Lebih dari itu, Perang Dunia II bahkan telah membunuh lebih dari 35 juta korban jiwa. SEjumlah 20 juta lainnya harus kehilangan sebagian anggota tubuhnya. Sementara, darah yang menggenang di permukaan bumi diperkirakan mencapai 17 juta liter.
        Lebih dari 12 juta anak manusia terlahir dalam keadaan cacat tubuh dan jiwa. Ketika dua buah bom atom berukuran kecil dijatuhkan, masing-masing dikota Hiroshima dan Nagasaki. Lebih dari 70 ribu warga Jepang tewas mengenaskan dalam tempo seketika.
        Sementara ribuan orang lainnya langsung terbakar hidup-hidup. Dan 80 ribu jiwa lainnya mengalami cacat seumur hidup. Selain meminta korban jiwa, peperangn berskala dunia itu juga memakan korban material yang tidak sedikit. Sekitar 13 ribu sekolah dasar, menengah dan tinggi porak poranda. Sementara, sejumlah 8.000 rumah sakit serta klinik pengobatan rusak binasa. Bertrand Russel pernah menulis: “Para penguasa dan orang-orang yang berkompeten yang tinggal di negara-negara maju berlomba-lomba mengirim astronot ke bulan dan bahkan lebih jauh dari itu. Pada saat yang sam, jumlah orang-orang yang terkena penyakit urat syaraf dan membunuh dirinya semakin melonjak”.
        Menurut catatan statistik, pada awal abad ke-20 ini, setiap tahunnya dikeluarkan dana sebesar 400 bilion dolar AS, hanya utnuk membiayai bidang persejnataan saja. Para ahli sosial dan kejiwaan memperkirakan bahwa tak lama lagi akan bermunculan banyak sosok pembawa bencana yang jauh lebih berbahaya ketimbang Adolf Hitler, Benito Mussolini atau Joseph Stalin. Sementara diseluruh pelosok negara-negara Barat, mulai muncul berbagai aliran baru, yang secara terang-terangan mengumandangkan semangat serta ideology neo-Nazi dan neo-fasis.



Sabtu, 31 Agustus 2013

5 Fase Hidup Umat Nabi Muhammad SAW


Hari berganti hari, tahun berganti tahun, zaman berganti zaman.

Menurut hadist Nabi, zaman ummat Nabi Muhammad S.A.W dibagikan kepada 5 bagian mengikuti kerangka masa:

“Masa kenabian itu ada di tengah-tengah kalian, adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Selanjutnya adalah masa Khalifah yang mengikuti jejak kenabian [Khalifah 'ala minhaj an-nubuwwah] adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.

Selanjutnya kerajaan menggigit [Mulkan 'Adhan], adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.

Setelah itu kerajaan menyombong [Mulkan Jabariyyan], adanya atas kehendak Allah, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya.

Selanjutnya adalah masa Khalifah yang mengikuti jejak kenabian [Khalifah 'ala minhaj an-nubuwwah]

Kemudian Nabi diam.”

- Hadith Riwayat Ahmad dan Imam Baihaqi daripada Nu'man bin Basyir daripada Hudzaifah -

Mengikut Rasulullah S.A.W, fase pertama adalah pada zaman Nabi masih hidup, zaman ini telahpun berlalu, kemudian zaman pemerintahan yang mengikut cara pemerintahan kenabian, kita dapati umat Islam diperintah oleh 4 khulafaa ar Rasyidin, inipun telah berlalu, kemudian datang pula zaman pemerintahan kerajaan yang 'menggigit' yakni yang menyerahkan kekuasaan kepada keturunan mereka. Kita dapat lihat pada fasa ini, kerajaan Ummayyah, Abasiyyah dan Uthmaniyah yang berkuasa menggunakan sistem monarki, zaman inipun telah berlalu.

Kemudian datang pula satu zaman dunia diperintah oleh pemerintah yang sombong dan bermaharajalela. Inilah fasa atau zaman yang sekarang ini. Kemudian setelah berlaku fasa ke empat akan datang pula fasa ke lima. Dalam fasa ke lima, dunia akan diperintah sebagaimana cara Nabi mengikut syari'at Islam. setelah selesai menceritakan hal itu tiba-tiba Rasulullah S.A.W diam dan diam tersebut bermaksud sejarah manusia sudah tamat.

Rasulullah S.A.W telah mengingatkan bahawa hidup dalam fasa ke empat akan kedatangan satu fitnah yakni fitnah yang paling besar dalam sejarah ketamadunan manusia, itulah fitnah al-Masih ad-Dajjal.

Dajjal tidak akan datang pada fasa ke lima, fasa ini kekuasaan telah berada di tangan orang-orang yang beriman. Dajjal tidak akan muncul selepas fasa ke lima karena masa sejarah ketamadunan manusia telahpun tamat.

Pada fasa ke empat itulah IBLIS akan mengumpulkan dan menyesatkan seberapa ramai [seramai mungkin] manusia untuk mengikutnya ke neraka dan dalam fasa ke 4 inilah kita berada sekarang ini.

Sebelum turunya Nabi Isa a.s akan datangnya Imam Mahdi yang akan membawa kita ke fasa ke 5 seterusnya mengakhiri ketamadunan manusia.

-------------------------------------------------

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, bahawa Rasulullah S.A.W telah bersabda yang bermaksud:

“Islam bermula sebagai sesuatu yang dianggap asing dan ganjil. Dan ia akan kembali sebagaimana permulaannya, dianggap asing dan ganjil. Maka, beruntunglah orang-orang yang ganjil.”
- Hadith Muslim no. 145 -

Beruntunglah manusia yang asing di akhir zaman. Terasing kerana Islam yang digenggam. Zaman berganti zaman, Islam asing [gharib] kali kedua, hati-hati jenih fikrahnya menjadi ghuraba’. Golongan ini sedikit sekali kerana golongan ini sering mendapat tapisan demi tapisan dari Illahi sehingga yang tinggal hanyalah orang-orang yang benar-benar ikhlas dengan-Nya.

Tiada kemuliaan kecuali dengan Islam,
Tiada Islam kecuali dengan penerapan Syariah,
Tiada penerapan Syariah kecuali dengan Daulah Khilafah.




Interaksi Timur dan Barat

   Sudah umum diketahui, di negara-negara benua Eropa dan Amerika (khusunya Amerika Serikat dan Kananda), kehidupan sosial masyarakatnya mengalami kemajuan yang amat mengagumkan. Sementara di Timur, rata-rata individu masyarakatnya masih memegang teguh tradisi, adat istiadat dan kultur masing-masing, terutama yang diwarisi dari para leluhurnya. Namun, dalam kondisi demikian, terjadi suatu peristiwa ajaib yang sungguh menakjubkan. Dalam tempo 60 tahun, Jepang berhasil memposisikan dirinya sejajar dengan bangsa-bangsa maju di benua Eropa dan Amerika.   Lebih dari itu, dalam memacu perkembangan kemampuan teknologi dan ekonominya, bangsa Jepang tetap bertumpu diatas landasan nilai-nilai tradisional kebudayaan dan keagamaan, yakni "Shinto" dan "Buddha". Tentu saja hal ini menciptakan tanda tanya besar dan iri hati dari bangsa-bangsa Barat.   Para ahli pikir Barat begitu terheran-heran, mengapa Jepang bisa sedemikian melejit dan mampu menyamai serta mengimbangi tingkat kemajuan yang dialami Barat, sementara tradisi dan kepercayaan kunonya sama sakali tidak ditinggalkan. Belajar dari itu, orang-orang di Barat mulai sadar bahwa tonggak kehidupan industri dan budaya akan hancur berantakan apabila tidak ditopang oleh nilai-nilai moral, agama dan kemanusiaan. Kendati demikian, usaha manusia (khususnya di Barat) untuk menggapai nilai-nilai kebenaran dan kebudayaan yang hakiki belum menampakkan kemajuan yang signifikan.   Eksistensi manusia dan masyarakat ternyata masih berjarak cukup lebar denga nilai-nilai dasar kemanusiaan yang universal dan wujud kehidupan yang hakiki. Justru, krisis kejiwaan dan sosial semakin mengemuka dan sulit dikontrol. Kehidupan manusia benar-benar tiarap dan makin terhisap ke dalam pusaran kehidupan yang kelam dan tak berujung.




468x60 Ads

Followers

Recent Post

Recent Comments

Future Video

Populer Post